7 Tradisi "Misterius" yang Ada di Jepang

Berikut adalah beberapa tradisi di Jepang yang harus Anda ketahui untuk menambah pengetahuan dan informasi.

Check out our writers’ top Japan travel ideas!

This post may contain affiliate links. If you buy through them, we may earn a commission at no additional cost to you.

Ada banyak tradisi di Jepang yang dianggap "misterius" oleh orang asing. Secara umum, orang Jepang sangat toleran terhadap orang asing dan jarang mengkritik jika mereka tidak mematuhi kebiasaan atau tradisi unik Jepang. Akan tetapi, apabila Anda mempelajari bagaimana harus bersikap dan menghargai tradisi mereka, itu akan menjadi nilai plus dan menguntungkan untuk Anda.

Cek 7 tradisi Jepang yang harus Anda ketahui. 

1. Ketika mengantar teman, tunggulah hingga teman Anda tidak terlihat, baru Anda pergi.

Di restoran, ryokan, dan bisnis jasa lainnya yang ada di Jepang, staf akan menundukkan kepala mereka hingga tamu pergi dan tidak terlihat dari pandangan.

Bahkan dalam lingkungan bisnis formal, biasanya orang Jepang akan mengantarkan, menunggu lift bersama, dan kemudian membungkukkan badan kepada klien atau rekan bisnis mereka hingga masuk dan pintunya tertutup.

Untuk situasi kasual, mungkin tidak perlu membungkuk, tetapi orang Jepang akan tetap menunggu teman mereka hingga tidak terlihat.

Lalu, mengapa mereka mau menunggu lama?

Pertama, mengantarkan serta menunggu teman atau siapa pun melambangkan tanda hormat, kesopanan, dan keramahtamahan. Di sisi lain, jika Anda langsung pergi begitu saja, teman Anda akan merasa direndahkan dan menimbulkan perasaan negatif.

Menurut budaya spiritual Jepang, pertemuan sekali seumur hidup patut dihargai dan menumbuhkan rasa enggan untuk berpisah. Dengan demikian, melihat serta menunggu hingga mereka pergi adalah cara untuk mengekspresikan perasaan penyesalan atas perpisahan sebagai bagian dari keramahan. Akan tetapi, tampaknya pemikiran seperti itu terasa tidak biasa sehingga banyak orang asing yang menganggapnya misterius.

2. Ketika menyapa orang lain, tundukkan kepala ke setiap orang dan katakan "sumimasen" (permisi).

Di Jepang, pada saat memberi salam dan mengucapkan terima kasih, orang pasti menundukkan kepala. Bahkan ketika bertemu orang yang tidak terlalu Anda kenal, memberikan anggukan merupakan hal yang normal.

Bukan hanya digunakan untuk menyapa, "sumimasen" juga dipakai ketika mengucapkan terima kasih atau memanggil seseorang untuk berhenti. Kata "sumimasen" adalah kata permintaan maaf, mungkin Anda berpikir kenapa meminta maaf padahal tidak melakukan kesalahan?

Orang Jepang sangat menghargai kerendahan hati. Sedikit merendah merupakan tanda penghormatan terhadap orang lain yang telah menjadi bagian dari budaya Jepang selama berabad-abad. Itu sebabnya orang Jepang memiliki bentuk hormat dan rendah hati yang dapat membingungkan orang asing yang mempelajari bahasa tersebut.

Menundukkan kepala dan mengatakan "sumimasen" menunjukkan bahwa Anda menghormati pihak lain.

Namun, terlalu merendahkan diri hingga menghilangkan harga diri juga merupakan hal yang tidak baik dan berbalik menjadi hal negatif, tetapi untuk kerendahan hati yang moderat dianggap sebagai suatu kebaikan oleh orang Jepang. Jika Anda mendapatkan kesempatan berkunjung ke Jepang, harap perhatikan hal ini.

3. Tidak sopan menyilangkan kaki saat duduk.

Menyilangkan kaki dalam situasi formal dianggap kurang baik karena Anda akan terkesan sombong atau tidak memiliki sopan santun. 

Di Jepang, duduk tegak lurus dengan kaki rapat dan tangan di atas lutut sudah diajarkan sejak kecil. Terdapat makna pada postur ini, yaitu "Saya dengan rendah hati mendengarkan pembicaraan Anda".

Sepertinya menyilangkan kaki bukanlah hal yang tidak sopan di negara lain. Sebaliknya, justru Anda akan terlihat santai dan percaya diri.

Jadi, kenapa tidak sopan bagi orang Jepang?

Dalam sejarah Jepang, negara tempat dibuatnya tatami (lantai jerami), duduk dengan posisi berlutut adalah cara formal. Ada ungkapan yang mengatakan, "Jika Anda melonjorkan kaki pada orang lain, mereka tidak akan bisa tidur". Jadi, sangat tidak sopan melonjorkan kaki Anda ke arah orang lain.

Jika Anda berada di lingkungan formal atau bisnis di Jepang, harap perhatikan posisi duduk Anda.

4. Etika pesta minum yang membingungkan.

古 天熱/Flickr

Menuangkan minuman untuk bos atau atasan dan menambahnya setelah kosong sudah menjadi tradisi orang Jepang.

Akar dari tradisi ini adalah karakteristik masyarakat desa yang "mengikuti orang banyak" agar mendapatkan hal yang baik. Mungkin juga karena adanya pengaruh Konfusianisme pada masyarakat yang terstruktur secara vertikal dengan pemikiran bahwa atasan selalu dihormati.

Dalam beberapa tahun terakhir hal ini sudah tidak menjadi suatu tuntutan, tetapi jika Anda datang ke Jepang, akan lebih baik untuk mengetahui tradisi tersebut.

5. Jangan berbicara di telepon saat berada di transportasi umum.

MIKI Yoshihito/Flickr

Tidak berbicara di telepon saat berada di transportasi umum sudah menjadi etiket tersendiri di Jepang, kecuali dalam keadaan darurat. Anda hampir tidak akan melihat orang berbicara di telepon di dalam kereta. (Jika ada yang melakukannya, orang-orang pasti memberikan tatapan tajam)

Hal yang sama juga berlaku di dalam lift. Tidak ada orang yang berbicara di telepon atau mengobrol sehingga keheningan akan menyelimuti Anda.

Dasar dari perilaku tersebut karena adanya pemikiran bahwa tidak baik membawa urusan pribadi ke dalam lingkungan publik.

Jepang merupakan negara yang memikirkan tentang masyarakat, dunia, dan cara bertindak dengan bijaksana. Jika membawa kehidupan pribadi Anda ke publik maka dunia dan masyarakat akan "menyempit", kemudian membuat semua orang merasa tidak nyaman.

Masyarakat Jepang memang sudah terbentuk seperti ini, jadi Anda tidak akan menemukan orang yang berteriak atau mengeluh di depan umum. Cobalah untuk tidak berbicara di telepon ketika Anda berada di transportasi umum.

6. Tidak makan sambil berjalan.

Makan sambil berjalan adalah hal yang tidak sopan, bahkan kasar. Di Jepang, makan dianggap suatu kegiatan yang memerlukan usaha serta waktu agar seseorang dapat duduk dan makan dengan layak. Ketika McDonald pertama kali dibuka pada tahun 1970 dan gagasan tentang makanan cepat saji mulai mendarah daging di masyarakat Jepang, itu menciptakan suatu "mode" yang tidak pantas karena orang-orang dapat dengan sangat mudah memegang makanan dan mengkonsumsinya di jalan.

Bukan hanya dianggap tidak pantas, makan sambil berjalan juga menimbulkan masalah baru karena kurangnya tempat sampah di lingkungan umum. Jika beruntung, Anda bisa menemukan mini market atau taman yang terdapat tempat sampah, tetapi seringnya Anda harus menyimpan sampah di tas hampir sepanjang hari.

7. Membawa handuk atau sapu tangan.

Sebagian besar toilet umum di Jepang tidak memiliki kertas tissue atau pengering tangan. Apabila Anda pergi ke tempat yang lebih besar seperti di mall, toilet umum yang lebih modern, atau area-area sibuk di Tokyo, mungkin tersedia pengering tangan otomatis. Namun, kebanyakan toilet di stasiun dan toilet yang lebih tua tidak menyediakan alat pengering apa pun. Untuk mengatasinya, Anda harus membawa handuk kecil atau sapu tangan.

Berguna pula saat musim panas untuk mengelap keringat.

*Sebagian isi artikel ini didasarkan pada informasi dari program  "Cool Japan" on NHK BS1

The information in this article is accurate at the time of publication.

About the author

tsunagu
tsunagu Japan
  • Check out our writers’ top Japan travel ideas!

Cari Restoran