3 Alasan Mengapa Ramen Jepang Sangat Lezat

Ramen Jepang berbeda dari ramen orisinal Cina, dan disebut-sebut sebagai makanan terfavorit di kalangan wisatawan internasional yang datang ke Jepang. Namun, tahukah Anda mengapa ramen Jepang rasanya sangat lezat? Inilah tiga alasan utamanya.

Check out our writers’ top Japan travel ideas!

This post may contain affiliate links. If you buy through them, we may earn a commission at no additional cost to you.

Konon, ramen Jepang memiliki cita rasa yang belum pernah dicoba oleh orang yang baru pertama kali datang ke Jepang. Rasa khasnya bahkan berhasil memikat banyak orang dari seluruh dunia.

Daniel Y. Go/Flickr

Faktanya, survei yang dilakukan oleh Museum Ramen Shin-Yokohama dan surat kabar Japan Times menyebutkan bahwa lebih dari 600 orang asing dari 44 negara memilih ramen sebagai makanan Jepang favorit daripada sushi dan tempura.

Bagaimana bisa ramen Jepang mendapatkan popularitas di seluruh dunia?

Kami akan membagikan kepada Anda beberapa rahasia di balik kelezatan ramen.

(Beberapa bagian pada artikel ini awalnya disiarkan di acara TV TBSTokorosan's Nippon no Deban”, dan diproduksi ulang di sini.)

Rahasia Pertama Kelezatan Ramen: Sup

Mi ramen pada awalnya diperkenalkan ke Jepang dari Cina. Selama zaman Edo, Mito Komon, yang juga dikenal sebagai Tokugawa Mitsukuni, memakan ramen yang dihidangkan kepadanya oleh seorang ahli Konfusianisme dari Cina. Kabarnya, itu adalah ramen pertama yang dimakan di Jepang.

Seiring berjalannya waktu, ramen menyebar sampai ke masyarakat umum setelah zaman Meiji dan periode pascaperang. Dengan proses pembuatan dan rasa yang lezat, ramen menjadi makanan favorit nasional yang menenangkan.

Kini, ramen asli Cina dan ramen Jepang perlahan memiliki karakteristiknya masing-masing sehingga menghadirkan cita rasa yang benar-benar berbeda.

Perbedaan yang signifikan itu terletak pada sup.

Banyak wisatawan asing yang menyukai ramen Jepang karena kenikmatan supnya. Bahkan, tidak sedikit orang yang sampai menyeruput sup ramen sebelum mulai menyantap minya.

Secara tradisional, sup ramen Cina hampir selalu dibuat dari tulang ayam. Sementara sup ramen Jepang tidak hanya menggunakan tulang ayam, tetapi juga bahan-bahan yang tidak pernah digunakan secara tradisional di Cina, seperti tulang babi, kerang, tulang sapi, atau bahkan sayuran. Semua bahan ini, bersama dengan topping non tradisional lainnya, digabungkan oleh Jepang ke dalam hidangan sehingga memungkinkan hadirnya beragam variasi sup dan rasa.

Menurut Anda, bahan apa saja yang digunakan untuk sup ramen?

Sup ramen terbuat dari bahan dasar sup serta rasa tambahan. Poin istimewanya ada pada bahan dasar sup, yang disebut dengan "dashi". Bahan-bahan asli yang dipakai untuk membuat dashi bisa berbeda, tetapi juga dapat dibuat dengan tulang babi yang disebutkan sebelumnya (seperti tulang punggung, kaki, atau kepala), ayam utuh, tulang ayam, daging rusa, ikan teri, bonito kering, kombu (kelp), atau sayuran. Selain itu, menambahkan shoyu, miso, atau garam ke dalam bahan dasar (shoyu ramen, miso ramen, atau shio ramen) dapat mengubah sup menjadi jenis lain dengan memodifikasi rasanya. Bagi koki ramen, menciptakan rasa orisinal bukanlah hal yang mudah. Mereka harus melalui banyak percobaan dan kegagalan dalam mengombinasikan dashi dan rasa tambahan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

dead-tamago/Flickr

Saat membuat dashi dengan bahan-bahan aslinya, semua harus direbus bersamaan. Namun, untuk membuat dashi lezat yang lebih alami, setiap bahan harus dimasak dengan waktu dan temperatur yang berbeda. Bahkan, untuk bahan yang sama sekali pun, ada rasa yang kuat dan ada rasa yang ringan, keduanya dapat mengubah cita rasa.

Misalnya, jika menggunakan tulang punggung babi, Anda perlu merebusnya dengan api besar untuk menghilangkan rasa yang kuat dari tulang. Sebaliknya, untuk tulang yang lebih ringan direbus pada suhu 90 derajat sampai rasa kuatnya hilang. Di sisi lain, untuk dashi dari ayam utuh, kaldunya mungkin terlihat bening, tetapi jika Anda ingin mendapatkan rasa yang kaya, Anda harus merebusnya selama sehari untuk benar-benar menghilangkan rasa yang kuat, lalu memisahkan daging dan tulangnya. Kemudian, rebus kembali satu ayam utuh baru - inilah upaya yang dilakukan dalam membuat sup ramen Jepang.

Mengapa tidak membagi prosedur yang panjang menjadi bahan sup yang berbeda? Alasannya ada pada "umami".

Apa itu Umami?

Umami adalah rasa yang terpisah dari manis, asin, asam, dan pahit. Di tahun 1908 seorang profesor di Universitas Tokyo menemukan keberadaan umami. Faktanya, hingga saat ini, banyak ahli dari Eropa yang meragukan adanya umami. Namun, pada tahun 2000, seorang profesor berkebangsaan Amerika mengumumkan bahwa lidah memiliki reseptor yang bisa merasakan umami, dan itu menjadi bukti valid bahwa umami memang benar ada.

Manusia bisa merasakan umami melalui asam inosinat dan asam glutamat yang ditemukan pada bahan-bahan makanan. Bahan-bahan tersebut menstimulasi sensor di lidah, dan memberi tahu otak Anda bahwa rasanya enak. Berbicara tentang umami, ASI juga mengandung banyak umami, lho. Oleh karena itu, kebanyakan orang dewasa sudah terbiasa dengan rasanya.

Umami di Wikipedia

Dalam proses pembuatan ramen, merebus bahan-bahan saja mungkin dapat membuat rasa pahit menghalangi umami. Itulah sebabnya diperlukan penyesuaian waktu dan temperatur untuk setiap bahan agar bisa mendapatkan rasa terbaik.

Sebenarnya, ada bahan "rahasia" yang sejak lama digunakan hanya oleh orang Jepang.

Rahasianya adalah kombu (kelp).

Lyzzy/Wikimedia Commons

Konon, jenis rumput laut seperti kombu (kelp) telah dimakan di Jepang sejak zaman Heian. Kombu dan bonito mendasari rasa umami dan telah digunakan sedari dulu. Oleh karena itulah rasanya sudah sangat familier dan sekarang menjadi bahan utama dalam masakan Jepang.

Terlebih lagi, karena tahun lalu Washoku (masakan tradisional Jepang) terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, para koki Jepang semakin termotivasi untuk terus mencari tahu bagaimana mengeluarkan umami dari makanan, yang telah mereka lakukan sejak dulu. Ramen adalah bagian dari evolusi makanan Jepang, dengan satu suap sup saja, Anda bisa merasakan berbagai macam umami yang kental di dalamnya.

663highland/Wikimedia Commons

Rahasia Kedua Kelezatan Ramen: Mi

Meskipun tepung terigu digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan mi ramen, ada pula bahan lainnya yang diremas ke dalam campuran adonan, yaitu garam alkali khusus dan kansui (sejenis air alkali). Dengan menggunakan kansui, rasa, tekstur, dan warnanya akan berbeda dari mi biasa yang hanya dibuat dari tepung terigu.

Sama halnya seperti bahan dasar sup yang beragam, mi ramen juga memiliki banyak jenis. Ramen yang lezat biasanya mempunyai ketebalan, bentuk, dan ketahanan mi yang cocok dipadukan dengan jenis bahan dasar sup tertentu.

Di bawah ini kami akan memperkenalkan 3 mi yang paling signifikan.

Hosomen (Mi Tipis)

Saking tipisnya, hosomen dapat dikeluarkan dari air mendidih dengan cepat, dan mudah meregang ketika dimasukkan ke dalam sup panas. Namun, hosomen juga sering kali menjadi kaku karena cara perebusannya.

Mi ini digunakan untuk ramen karena dikatakan dapat "terjerat" baik dengan sup.

Anda juga bisa memesannya sesuai dengan cara rebus yang Anda inginkan. Tekstur mi yang kuat/kencang adalah pilihan paling dasar. Kemudian, mi yang lebih kuat disebut "barikata", dan yang paling kuat lagi disebut "harigane".

Hosomen umumnya digunakan pada Kyushu ramen, terutama Hakata ramen.

Futomen (Mi Tebal)

Bagi orang yang ingin segera makan dan menghabiskannya cepat-cepat, futomen tidak cocok untuk Anda, karena direbus lebih lama sehingga ukurannya besar. Ada pula jenis mi dalam genre ini yang disebut "Gokubutomen", yang membutuhkan waktu 10 menit atau lebih untuk merebusnya.

Selain pas disantap bersama sup, futomen juga memiliki tekstur yang kenyal dan tidak lengket. Jika hosomen dipasangkan dengan sup kental, ketebalannya mungkin akan hilang, sedangkan futomen dapat menyatu harmonis. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa futomen sering disajikan dengan gaya tsukemen - sup kental dan mi terpisah.  

Untuk benar-benar menikmati keduanya, ramen dengan futomen sangat direkomenasikan.

Chijiremen (Mi Bergelombang)

Tidak semua mi ramen berbentuk lurus. Mi keriting atau bergelombang juga tersedia.

Kombinasi sup dan mi bergelombang sangatlah baik.

Memang, mi futomen lurus pun demikian, tetapi jika dipasangkan dengan sup yang lebih pekat, mi ini tidak akan mekar dan rasanya jauh lebih pas.

Dari penjelasan di atas, kita bisa memahami bahwa memadukan mi dan sup tidak boleh sembarangan. Memilih mi, mencocokkannya dengan sup, memastikan ketebalan dan bentuk mi, semua hal itu dilakukan untuk membuat ramen yang lezat.

Rahasia Ketiga Kelezatan Ramen: Cara Anda Memakannya

Tahukah Anda bahwa ada rahasia di balik cara memakan ramen yang dapat mempengaruhi kelezatan rasanya?

Umumnya, orang Jepang menyeruput ramen ketika mereka menyatapnya. Namun, dari sudut pandang orang luar, hal tersebut bisa dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan. Padahal, justru itulah kunci dari kelezatan ramen.

Benzoyl/Wikimedia Commons

Menurut Profesor Ippeita Dan dari Universitas Chuo yang berspesialisasi dalam Ilmu Kognitif Makanan, saat Anda menyeruput mi, rasa dari umami akan menguap dan menstimulasi kelenjar getah bening yang terletak di bagian belakang tenggorokan hingga ke bagian belakang hidung. Proses tersebut mengizinkan otak untuk bereaksi terhadap rasa dan memungkinkannya menikmati keberagaman rasa yang tersembunyi di dalam sup.

Tidak hanya ramen, orang Jepang juga menyeruput soba dan udon ketika memakannya. Mungkin karena di masa lalu, orang-orang menggunakan cara itu sebagai mekanisme alami dalam menunjukkan kelezatan makanan.

Lain halnya di Eropa, menyeruput makanan dinilai tidak sopan, tetapi masih dianjurkan ketika makan ramen. Sebenarnya, pada Januari tahun ini, ada acara "Zuzutto Paris Ramen Week" yang diselenggarakan untuk mempromosikan budaya Jepang dengan memasukkan suara seruput "zuzutto" pada nama acara tersebut.

Berdasarkan hasil survei yang kami sebutkan di atas, orang-orang yang tidak menganggap menyeruput sebagai perilaku buruk ternyata jumlahnya lima kali lipat lebih banyak daripada orang yang berpikir demikian.

Ketika Anda memakan ramen, silakan coba menyeruput minya hingga bersuara "zuzuzu" (onomatope untuk suara seruput dalam bahasa Jepang).

City Foodsters/Flickr

Nah, setelah membaca semua informasi ini, apa pendapat Anda? Apakah Anda setuju dengan survei, atau menilai bahwa menyeruput mi bukan perilaku yang baik? Dengan cara apa pun Anda memakannya, ramen Jepang akan memberikan cita rasa khas yang tidak mungkin Anda lupakan. Apabila Anda datang ke Jepang nanti, jangan ragu untuk menikmatinya sesuka hati Anda!

The information in this article is accurate at the time of publication.

About the author

tsunagu
tsunagu Japan
  • Check out our writers’ top Japan travel ideas!

Cari Restoran