Mengasuh Anak di Depan Umum: 10 Aturan "Tersembunyi" yang Ditaati Orang Tua di Jepang

Etika sosial merupakan hal yang sangat penting dalam masyarakat Jepang. Baik di kehidupan sehari-hari atau di tempat kerja, ada aturan tersembunyi yang tidak mudah disadari oleh orang asing. Lalu, apa sebenarnya tantangan orang Jepang ketika mengasuh anak di depan umum? Sebagai wisatawan asing yang datang ke Jepang membawa anak, apa yang harus Anda perhatikan? Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu memperlancar perjalanan bersama keluarga Anda di Jepang, sekaligus menjawab semua pertanyaan tersebut.

Check out our writers’ top Japan travel ideas!

This post may contain affiliate links. If you buy through them, we may earn a commission at no additional cost to you.

1. Berbicara Lembut

Apakah Anda menyadari bahwa kereta di Jepang itu hening? Di kereta, orang tua yang membawa anak-anak pun tetap menjaga suara mereka setenang mungkin! Jika ada seorang anak yang membuat keributan atau bermain-main di gerbong kereta, para penumpang lain tidak hanya terganggu, tetapi juga merasa heran. Hal yang sama juga berlaku di restoran, orang tua yang membiarkan anaknya bebas berlarian sering kali dicap "tidak bertanggung jawab". Beberapa restoran bahkan memberlakukan batasan usia untuk memastikan kenyamanan lingkungan bagi para pelanggannya. Apabila khawatir anak Anda tidak bisa tenang, kami merekomendasikan Anda untuk mengunjungi family restaurant (famiresu). Di sana, semua orang dapat bersantai dan bersenang-senang, termasuk putra-putri kesayangan Anda.

2. Etika Memakai Kereta Dorong Bayi

Membawa kereta dorong (stroller) merupakan suatu hal yang wajib ketika bepergian dengan bayi atau balita, terutama jika Anda memiliki jadwal yang padat. Namun, ada norma-norma yang harus Anda tahu mengenai penggunaan kereta dorong bayi di Jepang. Salah satu yang terpenting adalah menghindari naik kereta di jam-jam sibuk. Di waktu tersebut, kereta dipadati oleh para penumpang, dan itu bisa berbahaya untuk anak Anda. Ditambah lagi, kereta dorong bayi cukup memakan tempat. Apabila Anda memang tidak dapat menghindari jam sibuk, kami menyarankan untuk menunggu sebentar sampai jumlah penumpang sedikit berkurang, atau lipat kereta dorong bayi Anda agar tidak menggangu orang lain.

Catatan tambahan: Silakan gunakan lift jika Anda membawa kereta dorong bayi, dan jangan gunakan eskalator. Sebagian besar stasiun kereta di Jepang menyediakan lift, tetapi di sejumlah stasiun kecil, khususnya di daerah pedesaan, tidak disediakan.

3. Membersihkan Area Sekitar Setelah Makan

Sudah merupakan hal yang wajar jika anak-anak sering makan berantakan dan meninggalkan kekacauan begitu mereka selesai. Setelah makan di restoran, para orang tua di Jepang akan membersihkan meja dan lantai. Namun, apabila kekacauan yang disebabkan terlalu besar (menumpahkan sesuatu, dsb), mereka terbiasa untuk menginformasikannya pada staf di kasir agar dapat dibersihkan sebelum ditempati pelanggan lain.

Check out our writers’ top Japan travel ideas!

4. Melepas Alas Kaki

Pemandangan bergerak dari luar jendela kereta pasti menarik perhatian anak-anak. Sebagian besar dari mereka bahkan tidak bisa menahan keinginan untuk berdiri di tempat duduk agar bisa melihat pemandangan lebih jelas. Di Jepang, orang tua akan melepas alas kaki anak mereka selama perjalanan agar tidak mengotori tempat duduk, dan memakaikannya kembali ketika mereka hendak turun. Hal ini juga diterapkan di restoran atau tempat umum lainnya. Secara umum, orang tua dianggap tidak sopan jika membiarkan anaknya menginjak kursi dengan mengenakan sepatu. Harap lakukan hal yang sama saat Anda berada di Jepang!

Klook.com

5. Mengganti Popok

Mengganti popok anak Anda juga tidak boleh di sembarang tempat, Anda harus melakukannya di tempat khusus penggantian popok. Kebanyakan toilet wanita memiliki tempat penggantian popok, dan hampir selalu bisa Anda temukan di dalam nursing room. Orang Jepang menganggap mengganti popok di tempat umum merupakan hal yang tidak senonoh, tidak terkecuali untuk bayi. Itu sama saja seperti buang air kecil di meja makan dan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat diterima oleh sebagian besar orang.

Tas pembuangan popok sangat populer di kalangan orang tua Jepang karena dapat menahan bau sehingga tidak mengganggu orang lain. Biasanya, orang tua di Jepang membawa beberapa lembar untuk membungkus popok bekas dan membuangnya di tempat sampah khusus popok.

Namun, bila sampah khusus popok tidak ada, mereka akan membawanya untuk dibuang di rumah. Bagi orang tua di Jepang, popok adalah bentuk ekskresi yang sangat kotor. Oleh sebab itu, sudah merupakan kewajiban keluarga untuk membersihkan atau menanganinya sendiri. Di area umum, sampah khusus popok belum banyak ada. Jika tidak dapat menemukannya, Anda disarankan membawa sampah popok bekas ke hotel dan membuangnya di sana.

6. Menyusui di Nursing Room

Sebagian besar ibu di Jepang menyusui bayinya di nursing room, karena menyusui di depan umum dengan penutup belum banyak dipraktikkan di masyarakat Jepang. Menyusui dipandang sebagai tindakan yang sangat pribadi, dan atas dasar kesopanan, hal tersebut tidak boleh dilakukan di depan orang asing. Itulah mengapa para ibu di Jepang lebih memilih pergi ke family restaurant (famiresu), fasilitas nursery (perawatan), dan departement store terdekat yang dilengkapi nursing room.

7. Merapikan Mainan Setelah Digunakan

Orang tua akan mengembalikan mainan ke tempat asalnya di area bermain family restaurant atau fasilitas komersial lain sebelum mereka pergi. Namun, untuk anak-anak yang sudah cukup mengerti dibiarkan merapikan mainan sendiri agar mereka terbiasa menjaga lingkungan tetap rapi dan bersih.

Meninggalkan mainan berantakan di mana-mana akan memadati area bermain dan juga bisa membuat anak-anak lain tersandung, maka dari itu orang tua di sana selalu mengajarkan anak-anaknya untuk merapikan mainan sejak usia dini.

Check out our writers’ top Japan travel ideas!

8. Membersihkan Mainan yang Dimasukkan ke dalam Mulut Anak Anda

Memang normal bagi bayi atau balita memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan pembelajaran. Tidak perlu memarahi atau menghentikan paksa mereka dari menggigit mainan. Namun, setelah itu orang tua harus membersihkannya dengan tisu disinfektan.

Beberapa fasilitas nursery (perawatan) biasanya akan mensterilkan semua mainan di penghujung hari, sedangkan yang lainnya mungkin meminta orang tua mengembalikan mainan yang digigit oleh anak mereka ke dalam keranjang khusus untuk dibersihkan staf di sana. Meskipun demikian, tingkat kebersihan area bermain di tempat umum tidaklah sama. Demi kenyamanan dan menjaga kebersihan lingkungan publik, orang tua di Jepang memiliki kesadaran tinggi untuk membersihkan mainan agar anak lain juga dapat bermain dengan aman.

9. Tidak Membawa Anak yang Sakit ke Tempat Umum

Bisa dikatakan ini adalah aturan universal - tidak hanya dilakukan di Jepang. Anak-anak cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah dan sering kali menolak memakai masker sehingga penyakit menular mudah menyebar di antara mereka. Area tertutup seperti famiresu dan area bermain indoor merupakan tempat yang rawan penyebaran penyakit. Jadi, demi keamanan anak Anda dan orang lain, mohon untuk tinggal di rumah dan beristirahat jika mereka menunjukkan gejala sakit, serta jangan pergi ke luar sampai mereka benar-benar pulih.

10. Selalu Awasi Anak Anda

Di area bermain, anak-anak dari berbagai usia berkumpul bersama sehingga tidak jarang terjadi kecelakaan. Misalnya, anak yang lebih dewasa berlarian ke sana ke mari hingga menginjak atau menabrak balita yang masih belajar berjalan. Ada pula yang bertengkar karena memperebutkan mainan. Di saat seperti itu, sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk langsung bertindak begitu mereka menyadari kejanggalan, apakah dengan mengajari anak-anak mereka berperilaku baik, menyelesaikan konflik, atau mengobati cedera. Sekali lagi, tugas orang tua adalah selalu mengawasi anak mereka sendiri agar terhindar dari masalah, sekaligus menciptakan kondisi yang aman untuk semua orang dapat bersenang-senang.

Orang Jepang terkenal sangat disiplin dan menjaga tata krama. Hal tersebut kemudian meluas hingga ke pola asuh anak. Selama menghormati norma dan nilai-nilai yang mereka terapkan, Anda dan keluarga pasti akan dipandang sebagai wisatawan yang baik!

 

Title image: KPG_Payless / Shutterstock.com

 

Jika Anda ingin memberikan komentar pada salah satu artikel kami, memiliki ide untuk pembahasan yang ingin Anda baca, atau memiliki pertanyaan mengenai Jepang, hubungi kami di FacebookTwitter, atau Instagram!

The information in this article is accurate at the time of publication.

About the author

Mrs.
Mrs. H.
  • Check out our writers’ top Japan travel ideas!

Cari Restoran